Rabu, 11 September 2013

ini makalah ku di bimbing (dr. Feri Komarhadi Sp.OG)

 ku buat untuk tugas semester II

PRE EKLAMPSIA & EKLAMPSIA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Dalam pernyataan yang diterbitkan di laman resmi WHO itu dijelaskan, untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000.
Data Angka Kematian Ibu Hamil Menurut WHO: Selama periode 1990-2005 juga belum ada kawasan yang mampu mencapai penurunan angka kematian ibu per tahun hingga 5,5 persen. Hanya Asia Timur yang penurunannya telah mendekati target yakni 4,2 persen per tahun serta Afrika Utara, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia mengalami penurunan yang jauh lebih besar dari Sub-Sahara Afrika.
Setiap tahun ada sekitar 200.000 juta ibu hamil di negara berkembang yang diantaranya 500.000 akan meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan kehamilan perinatal terjadi akibat masalah kesehatan maternal.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN DR Sudibyo Alimoesa mengatakan, tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tinggi, atau hampir setiap satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia. berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia 2011 tercatat Angka Kematian Ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya angka kematian bayi usia 0-11 bulan (AKB-IMR) adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian 60 persen penduduk hanya tamat SD atau lebih rendah, angka harapan hidup Indonesia sekitar 68/72 tahun.
Dengan banyaknya survei yang menunjukkan tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi maka dengan masalah ini. Saya ingin mengetahui permasalahan yang terjadi, ada beberapa penyebab kematian tersebut adalah preeklampsia dan eklampsia. Dengan itu saya ingin lebih mendalami tentang preeklampsia dan eklampsia.
1.2.       Rumusan Masalah
1.       Jelaskan definisi dari preeklampsia dan eklampsia?
2.       Jelaskan patofisiologi pada preeklampsia dan eklampsia?
3.       Bagaimana cara mendiagnosa dalam preeklampsia dan eklampsia?
4.       Apa saja penatalaksanaan dalam preeklampsia dan eklampsia?
5.       Apa saja komplikasi ibu janin dan bayinya pada preeklampsia dan eklampsia?
6.       Apa saja faktor-faktor penyebab preeklampsia dan eklampsia?

1.3.       Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui definisi dari preeklampsia dan eklampsia
2.        Untuk mengetahui patofisiologi pada preeklampsia dan eklampsia
3.        Untuk mengetahui diagnosa dalam preeklampsia dan eklampsia
4.        Untuk mengetahui penatalaksanaan dalam preeklampsia dan eklampsia
5.        Untuk mengetahui komplikasi ibu, janin dan bayinya pada preeklampsia dan eklampsia
6.        Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab preeklampsia dan eklampsia


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Preeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Edema  juga dapat terjadi. Pengertian preeklampsia menurut beberapa pendapat yaitu:
a.             Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum (Bobak & jensen, 1995)
b.             Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, dkk, 2007)
c.             Preeklampsia adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu dan atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Achidiat, 2004)
Hipertensi merupakan tekanan darah 140/90 MmHg bahkan dapat lebih. Proteinuria merupakan konsentrasi protein sebesar 0,3g/I atau lebih 2 spesimen urine yang timbul secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Edema dapat terjadi pada masa kehamilan normal, sehingga sehingga edema bukanlah tanda preeklampsia yang dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah. Kadang-kadang edema juga tidak terlihat pada pemeriksaan.(Anik Maryunani,2009)
Eklampsia merupakan suatu kondisi yang ganjil pada wanita yang hamil atau baru melahirkan. Eklampsia juga ditandai dengan kejang yang diikuti dengan koma yang panjang atau singkat. Wanita tersebut biasanya mengalmi hipertensi dan proteinuria. Kejang dapat terjadi pada masa antepartum, intrapasrtum atau postpartum.tekanan darah pada beberapa wanita umumnya rendah sekitar 100/80 MmHg, sedangkan pada wanita yang eklampsia memiliki tekanan darah normal sekitar120/80 MmHg. (A Maria Wijayarini,2011)
Preeklampsia berat yaitu preeklampsia berlebihan yang terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami eklampsia. Hal ini merupakan kedaruratan obstretik dan penatalaksanaanya harus segera dimulai. Statys eklamptikus adalah suatu keadaan diamana kejang eklampsia terjadi saling susul-menyusul. Ini adalah keadaan yang sangat berbahaya untuk ibu dan janin.(A Maria Wijayarini,2011)

2.2.       Patofiologi Preeklampsia dan Eklampsia
Pada saat ini ada 4 hipotesa yang mendasari patofisiologi dan patogenesa dari Preeklampsia sebagai berikut :
a.             Iskemia Plasenta
Peningkatan deportasi sel tropoblast yang akan menyebabkan kegagalan invasi ke arteri sperialis dan akan menyebabkan iskemia pada plasenta.
b.             Mal Adaptasi Imun
Terjadinya mal adaptasi imun dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel tropoblast pada arteri spiralis. Dan terjadinya disfungsi endothel dipicu oleh pembentukan sitokin, enzim proteolitik, dan radikal bebas.
c.             Genetic Inprenting
Terjadinya preeklampsia dan eklampsia mungkin didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna. Penetrasi mungkin tergantung pada genotip janin.
d.            PerbandinganVery Low Density Lipoprotein(VLDL) dan Toxicity Preventing Activity (TxPA)
Sebagai kompensasi untuk peningkatan energi selama kehamilan, asam lemak non-esterifikasi akan dimobilisasi. Pada wanita hamil dengan kadar albumin yang rendah, pengangkatan kelebihan  asam lemak non-esterifikasi dari jaringan lemak ke dalam hepar akan menurunkan aktivitas antitoksik albumin sampai pada titik  di mana VLDL terekspresikan. Jika  kadar VLDL melebihi TxPA maka efektoksik dari VLDL akan muncul.
Penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya. Sama dengan preeklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. (Dekker G.A., Sibai B. M., 1998).

2.3.       Diagnosa Preeklampsia dan Eklampsia
Diagnosis Preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka Preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu (A Maria Wijayarini,2011) :    
a.             Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
1)             Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
2)             Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau midstearm.
b.             Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
1)             Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2)             Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
3)             Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
4)             Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
5)             Terdapat edema paru dan sianosis
6)             Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
7)             Pertumbuhan janin terhambat.

2.4.       Penatalaksanaan Preeklampsia dan Eklampsia
a.             Prinsip-prinsip pelaksanaan :
1)             Kecepatan
2)             Keterampilan
3)             Prioritas
b.             Mendeteksi adanya manifestasi dini preeklampsia :
1)             Memeriksa tekanan darah
2)             Urine harus diperiksa untuk menemukan adanya proteinuria
3)             Memeriksa adanya edema
4)             Menimbang berat badan
5)             Singkirkan gejala-gejala preeklampsia berat
6)             Pantau pertumbuhan janin, tanyakan pada ibu tentang gerakan janin
7)             Periksa denyut jantunga janin
c.             Penatalaksanaan eklampsia atau pre-eklampsia berat
1)             Memastikan bahwa wanita tersebut dapat bernafas
2)             Mengendalikan kejang
3)             Mengendalikan tekanan darah
4)             Mengendalikan keseimbangan cairan
5)             Melahirkan bayi
6)             Memantau dengan seksama untuk mencegah kejang lanjutan dan mengidentifikasi komplikasi

2.5.       Komplikasi Preeklampsia dan Eklampsia
a.             Pada ibu :
1)             Pernafasan (afeksia, aspirasi muntah, edema, paru bronku-pneumonia)
2)             Jantung (gagal jantung)
3)             Efek pada otak (hemoragi, trombosis, edema)
4)             Ginjal (gagal ginjal akut)
5)             Hati (nekrosis hati)
6)             Sindrom HELLP (hemolisis,elevated liver enzymes [peningkatan enzim liver], low platelet [kadar trombosit rendah])
7)             Hemoragi karena kelainan koagulasi (IDIC) yang sering dikaitkan dengan eklampsia
8)             Penglihatan (kebutaan sementara) karena edema retina
9)             Cedera (fraktur, lidah tergigit)
b.             Pada janin :
Insufisiensi plasenta yang mengakibatkan :
1)             Hipoksia dapat menyebabkan kerusakan otak menetap yang dapat mengakibatkan : cacat fisik, retardasi mental
2)             Retardasi pertumbuhan intrauterin (intrauterine growth teradation [IUGR])
3)             Bayi kemungkianaa akan mati
c.             Pada bayi :
Pre-eklampsia mengakibatkan :
1)             Plasenta tidak cukup menerima pasokan darah
2)             Bayi dilahirkan dengan berat badan rendah
3)             Bayi lahir prematur
4)             Dapat mengakibatkan penyakit lain yang diderita bayi kelak pada pasca kelahirannya seperti epilepsi, Cerebral palsy, kesulitan belajar, bermasalah pada pendengaran dan penglihatannya.

2.6.       Faktor-faktor penyebab preeklampsia dan eklampsia
a.             Faktor resiko preeklampsia
1.             Primigravida atau >10 tahun sejak kelahiran terakhir
2.             Kehamilan pertama dengan pasangan baru
3.             Riwayat preeklampsia sebelumnya
4.             Riwayat keluarga dengan preeklampsia pada ibu atau saudara  (baik wanita hamil maupun pasangannya)
5.             Kehamilan kembar
6.             Kondisi medis tertentu seperti hipertensi essensial, penyalit ginjal, diabetes
7.             Adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan (>1 + pada lebih dari satu pemeriksaan atau > 0,3 g/24jam)
8.             Umur ≥ 40 tahun
9.             Obesitas (IMT>35)
10.         IVF (fertilisasi in viva)
b.             Faktor resiko masyarakat
1.             Kurangnya kesadaran mengenal preeklampsia dan pentingnya perawatan prenatal
2.             Masalah tranportasi
3.             Status sosial ekonomi rendah (ini karena kehamilan muda lebih umum terjadi di antara orang-orang miskin)
4.             Ketidakpercayaan masyarakat pada petugas pelayanan kesehatan


c.             Faltor resiko pelayanan kesehatan
1.             Kegagalan tekanan darah dan urine selama perawatan prenatal
2.             Kegagalan untuk memberi penyuluhan pada wanita dan pentingnya mengenai bahaya gejala preeklampsia dan pentingnya perawatan prenatal.
3.             Keterlamabatan merujuk wanita yang eklamptik
4.             Kurangnya strategi penatalaksanaan yang cepat dalam menangani preeklampsia dan eklampsia
5.             Kurangnya peralatan dan obat-obatan yang tepat untuk menangani eklampsia



BAB III
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada preeklampsia yaitu pemeriksaan resiko pada rujukan jika diperlukan, memastikan semua wanita hamil menghargai pemeriksaan antenatal secara rutin dan mengetahui gejala, seperti mengetahui tekanan darah, urine, darah, dan berat badan. Bidan juga melakukan observasi yang ketat. Bidan harus memberikan informasi kepada wanita hamil serta keluarganya yang sangat jelas kepada mereka yang masih bingung dan resah karena kondisi tidak terduga dan berpotensi sserius ini.
Eklampsia didefinisikan sebagai kejang yang disertai tanda-tanda dan gejala preeklampsia. Eklampsia merupakam kedaruratan multidisiplin dan dibutuhkan bantuan dari bidan lain, dokter obstetri dan dokter anestesi.

3.2.       Saran
Makalah ini dijadikan panduan untuk belajar para mahasiswi dan di ambil dari sumber-sumber yang ada atau terdahulu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, dan perlu adanya perbaikan. Maka dari itu, bagi para pembaca diharapkan untuk menambahkan maupun memberikan tanggapan kepada makalah ini. Dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi panduan dalam belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar